Renungan Bagaimana Kita Sebagai Seorang Muslim Menghadapi Kematian
Ilustrasi Berziarah Kubur/Foto:www.aa.com |
Manusia sejatinya adalah milik Allah SWT, dan akan kembali saat waktunya
tiba. Manusia sudah ditetapkan takdirnya sebelum ia lahir. Jenis kelamin,
asal, jalan hidup, jodoh hingga kematian, Allah sudah mengatur itu
semua.
Surat Ali-Imron Ayat 185
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ
يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ
فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
. Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat
sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari
neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan.
Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya
Renungan Bagaimana Kita Sebagai Seorang Muslim Menghadapi Kematian
Bagaimana seorang muslim menghadapi kematian ? Apakah amalan yang kita bawa,
sudah pantas diperlihatkan di laut Mahfudz kelak. Mari renungkan ini
sejenak.
Jika boleh jujur, bila ditanya apakah kita hidup selamanya atau di jemput
ajalnya sekarang, kebanyakan menjawab pilihan nomor 1. Manusia sejatinya
menginginkan kekal, hasrat ini semakin kuat saat di dunia ini kita
mendapatkan berbagai kesenangan. Harta yang berlimpah, jabatan yang tinggi,
pasangan yang rupawan. Sesungguhnya kesenangan tersebut bisa menipu.
Kesenangan dunia sejatinya fana. Jangan pikir hal tersebut merupakan
keabsolutan yang bisa dimiliki selamanya.
Nabi Muhammad Saw, mengingatkan kita agar tak tertipu dengan duniawi:
Zar’ah ibn ‘Abdillah meriwayatkan bahwa Nabi SAW. pernah bersabda, “Manusia
itu lebih mencintai kehidupan, padahal kematian itu lebih baik baginya.
Manusia juga lebih mencintai harta yang banyak, padahal sedikit harta itu
lebih sedikit hisabnya bagi dirinya.”(HR.Imam al-Bayhaqi)
Tidak ada yang tahu kapan datangnya ajal ?
Tidak ada satu orang pun yang tahu, kapan ajal itu datang. Ia tak berpatok
pada usia, kelamin, kekayaan dan apapun. Sebuah keniscayaan meskipun kita
lari secepat cahaya, kita sembunyi ditempat tergelap sekalipun, kita bangun
gedung yang paling aman, kematian bila sudah waktunya, kita tidak bisa
menghindar.
Manusia akan mempunyai awal dan akhir yang sama. Saat lahir ia ditangisi,
saat mati ia juga ditangisi. Bedanya ketika lahir, tangis itu adalah tangis
haru, sedangkan saat mati tangis itu adalah tangis kesedihan.
Hidup dan mati adalah proses yang absolut, pasti terjadi. Dan seorang
muslim, sepatutnya siap dengan ketetapan Allah SWT.
Mengingat mati dengan berziarah kubur
Nabi Muhammad Saw pernah bersabda:
كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ أَلَا فَزُورُوهَا، فَإِنَّهُ
يُرِقُّ الْقَلْبَ، وَتُدْمِعُ الْعَيْنَ، وَتُذَكِّرُ الْآخِرَةَ، وَلَا
تَقُولُوا هُجْرً
Artinya, “Dahulu saya melarang kalian berziarah kubur, tapi sekarang
berziarahlah kalian, sesungguhnya ziarah kubur dapat melunakkan hati,
menitikkan (air) mata, mengingatkan pada akhirat, dan janganlah kalian
berkata buruk (pada saat ziarah).”
Sungguh beruntung untuk orang-orang yang senantiasa ingat mati. Dunianya
untuk mengumpulkan bekal amal. Hanya orang yang dipancarkan Hidayah oleh
Allah SWT, yang Istiqomah, yang tawadhu dalam menjalani hidup ini.
Nabi Muhammad Saw menyuruh kita untuk ziarah kubur. Karena akan mengingatkan
kita tentang kematian. Esok kita juga akan menjadi mayit. Terbungkus kain
kafan, terbujur kaku dan mendiami kuburan. Jangan bangga akan harta, jabatan
karena malaikat tidak menanyakan hal itu.
Siapa tuhanmu ? Apa Kitabmu ? Siapa Nabimu ? Malaikat Munkar dan Nakir
meminta seluruh manusia menjawab pertanyaan tersebut. Bayangkan bila hal ini
terjadi pada kita. Renungkan apa benar amalan kita bisa menolong di hari
akhir.
Menjadi Muslim Yang Tak Takut Mati
Kematian bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, utamanya untuk seorang
muslim. Ada hal yang membedakan antara orang beriman dengan orang kafir pada
saat menemui ajal. Bagi orang kafir kematian adalah hal yang harus
dihindari. Mereka mendambakan kehidupan dunia dan ingin kekal didalamnya.
Mereka sadar tidak punya bekal untuk menghadap sang pencipta.
Seorang muslim tidak seperti demikian, Allah SWT akan mudahkan sakaratul
maut. Bahkan hidup di alam di kubur seakan hanya tidur semalam. Orang
beriman juga cahaya untuk menjawab pertanyaan malaikat kubur.
Ketika ditanya siapa Tuhanmu ? Maka terucap di mulutnya Allah SWT.
Ketika ditanya siapa Nabimu ? Tak ragu seorang Muslim menjawab Nabi Muhammad
Saw.
Dan terakhir ditanya apa kitabku ? Dengan lantang dijawab Al-Qur'an.
Penulis : Habib Kurniawan
Editor : Arya WB
Dipublikasikan oleh : Arya WB
Belum ada komentar untuk "Renungan Bagaimana Kita Sebagai Seorang Muslim Menghadapi Kematian"